Responsive Ads Here

Selasa, 20 Maret 2018

Sejarah Pers Nasional Indonesia dan Internasional / Dunia


SEJARAH PERS NASIONAL 

            Sejarah perkembangan pers di Indonesia sangat erat hubungan nya dengan sejarah dari sistem politik Indonesia sejak jaman pendudukan kolonial Belanda. Fungsi pers pada massa kolonial Belanda hanya ditujukan untuk membela kepentingan-kepentingan kolonial Belanda. Media yang meliputi surat kabar, majalah dan koran semuanya berbahasa Belanda. Seiring berjalannya waktu, orang-orang Indoesia terutama orang pergerakan mengusahakan berdirinya pers nasional yang dikelola sendiri untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia yang terjajah. Bisa dikatakan masa sejarah pers nasional diawali dengan terbitnya koran mingguan Medan Prijaji pada tahun 1907 yang didirikan oleh RM Tirto Adhi Soerjo dan Raden Djokomono. Penerbitan koran inilah yang pertama kali menggunakan modal nasional dan dipimpin oleh orang Indonesia setelah sebelumnya seluruh media massa dipegang kendali oleh Belanda. Koran berbahasa melayu ini pada tahun 1910 diubah formatnya dari minggguan menjadi harian.
Koran Medan Prijaji menjadi awal pers Indonesia dalam melawan kesewenang-wenangan penguasa dan menyerukan agar bangsa pribumi mengorganisasi diri untuk menghadapi pihak-pihak asing. Dengan tujuan itu, pendirinya, Tirto Adhi Soerjo bahkan terlibat dalam Serikat Dagang Islam (SDI) di Bogor yang berubah menjadi Sarekat Islam (SI) di Solo dan beberapa kota di Jawa. Ia pun menyampurkan identitas agama Islam dengan pribumi untuk memajukan bangsa dengan memanfaatkan SDI dan SI. Selain Media Prijaji, tercatat juga koran milik SI yaitu Oetoesan Hindia, Koem Moeda, Sinar Djawa, dan Pantjaran Warta turut menyerukan perlawanan terhadap kesewenangiwenangan penguasa. Adapun koran Bintang Hindia, Insoelinde, Warna Warta lalu koran milik organisasi pergerakan seperti Boedi Utomo dan Indische Partij yaitu Dharma Kondo dan De Express juga ikut melawan dengan mengugkap kesewenangan kekuasaan kolonial Belanda. Beberapa tahun kemudian gerakan perlawanan berkembang menjadi gerakan menuntut perjuangan. Pejuangan kemerdekaan melalui pers terus berlanjut hingga datangnya masa penguasaan Jepang. Saat itu semua media pers langsung berada di bawah pemerintahan militer Jepang sebagai alat propaganda  Jepang melawan sekutu. Koran berbahasa Belanda dilarang terbit pada masa pendudukan Jepang, namun kondisi itu dimanfaatkan pers untuk meratakan penggunaan bahasa Indonesia ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan orang Indonesia juga mendapatkan latihan pengelolaan pers yang nantinya berguna pada masa pasca kemerdekaan. Masyarakat Internasional memberikan simpati terhadap kemerdekaan RI yang diserukan tanggal 17 Agustus 1945 karena media pers yang terus mengobarkan api kemerdekaan. Bahkan ketika Inggris dan Belanda mencoba kembali menguasai  Indonesia, media terus gencar dengan perlawanan mereka untuk mempertahankan kemerdekaan.
Setelah masa revolusi dan Republik Indonesia diakui dunia iternasional tahu 1948, pers diahadapkan dengan permasalahan yang pelik antar pribumi karena adanya ketegangan sosial yang tinggi. Tokoh-tokoh  berlomba mengisi jabatan-jabatan yang tersedia dalam pemerintahan, padahal institusional poitik belum berjalan.  Fungsi pers pun berubah menjadi alat perjuangan kelompok partai atau aliran tertentu sehingga melupakan tugasnya sebagai pembangun karakter nasional. Pada masa demokrasi terpimpin yaitu saat Soekarno menjabat sebagai presiden pertama Indonesia (1959-1965), pers ditugasi untuk menggerakkan aksi-aksi massa yang revolusioner. Lalu pada masa orde baru, pers menjadi alat vital untuk mengkomunikasikan pembangunan masa itu. Jika ada pers yang mengkritik soal pembangunan, maka media yang melakukan pemberitaan akan memperoleh tekanan. Hal tersebut sangat mengekang kebebasan pers. Bahkan pers yang tidak sejalan dengan pemerintah akan dibredel dan dicabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) seperti yang pernah dialami oleh majalah Tempo. Kebebasan pers kembali bisa diperoleh pada masa reformasi tahun 1998. Pada masa itu mulai bermunculan media baru selain media cetak dan televisi, yaitu media siber atau online. Pada masa itu muncul juga UU RI No. 40 Tahun 1999 tentag pers yang membahas kebebasan pers serta mengakui dan menjamin hak memperoleh informasi dan kemerdekaan mengungkapkan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani sebagai hak manusia yang paling hakiki. Selain itu UU ini juga memberikan kebebasan kepada wartawan untuk memilih organisasi wartawan sekaligus menjamin keberadaan Dewan Pers.
Fungsi pers fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial dewasa ini memilik tantangan dalam mempertahankan profesionalismenya. Banyak pihak dalam kancah politik berusaha memanfatkan media massa sebagai ajang pencitraan atau bahkan menjatuhkan saingannya. Hal itu membuat media massa terkadang lepas dari koridor keberimbangan. Oleh sebab itu kode etik jurnalistik memang sangat perlu dipegang teguh oleh jurnalis untuk menjaga nilai berita dan profeionalismenya.



SEJARAH PERS INTERNASIONAL / DUNIA

Sejarah jurnalistik di mulai pada masa Romawi kuno, pada masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). Pada waktu itu, ada acta diurna berisi hasil uji coba semua, peraturan baru, keputusan senat dan informasi penting lainnya yang dipasang di pusat kota yang disebut Stadion Romawi atau “Forum Romanum”. Surat kabar pertama diterbitkan di Cina pada tahun 911, Pau Kin. Koran ini dimiliki oleh pemerintah ketika masa Kaisar Quang Soo. Tidak berbeda dalam Age of Caesar, Kin Pau mengandung berita keputusan, pertimbangan dan informasi lain dari Istana. Pindah ke Jerman, tahun 1609, penerbitan surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung. Pada 1618, surat kabar tertua di Belanda bernama Coyrante uytItalien en Duytschland. Surat kabar pertama di Inggris diterbitkan pada 1662 bernama Oxford Gazette (later the London) dan diterbitkan terus menerus sejak pertama kali muncul. Surat kabar pertama di Perancis, the Gazette de France, didirikan pada tahun 1632 oleh raja Theophrastus Renaudot (1.586-1.653), dengan perlindungan Louis XIII. Semua surat kabar yang terkena sensor prepublication, dan menjabat sebagai instrumen propaganda untuk monarki. Industri surat kabar mulai menunjukkan kemajuan yang luar biasa ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa meningkatkan kinerja untuk memenuhi permintaan publik akan berita. Pada pertengahan 1800-an bisnis berita mulai berkembang. Organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Pasalnya, para pengusaha surat kabar dapat lebih menghemat pengeluarannya dengan berlangganan berita kepada kantor-kantor berita itu daripada harus membayar wartawan untuk pergi atau ditempatkan di berbagai wilayah. Kantor berita yang masih beroperasi hingga hari ini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).
Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu “meningkatkan penjualan”. Jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme professional.






Rian Kurniawan
6101415067



Referensi :
Sumber : https://anglingkeling.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-singkat-pers-nasional/
Sumber : https://herapujiastuti.wordpress.com/2015/01/07/sejarah-pers-dunia-dan-perkembangannya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar