Responsive Ads Here

Rabu, 23 Mei 2018

UAS

Tim Sepakbola Porprov Kudus Mulai Dikumpulkan Kembali 

Kudus – Pelatih tim sepakbola PORPROV Kabupaten Kudus sudah memberikan aba-aba untuk memulai kembali mengumpulkan pemain dan melakukan latihan di bulan puasa ini (23/5). “intruksi ini memang sudah dirundingkan pihak KONI untuk menyiapkan atlet jauh-jauh hari untuk hasil yang lebih maksimal dalam ajang PORPROV 2018 di Surakarta” ujar pelatih yang akrab dipanggil Yayat tersebut.

Meskipun stadion Wergu Kudus sedang dalam tahap renovasi tidak sedikitpun mengganggu agenda latihan yang sudah ditentukan, latihan sendiri dimulai dari tanggal 22 Mei 2018 hari selasa kemarin. Dalam suasana ramadhan para pemain tetap mendapatkan porsi latihan yang sama seperti hari-hari biasanya, hal itu bertujuan untuk menjaga stamina pemain agar tidak jauh turun saat selesai ramadhan, karena ada turnamen yang akan diikuti oleh tim Porprov Kudus yaitu HW Pekalongan Cup yang digelar mulai tanggal 2 Juli 2018 sebagai ajang pemanasan.

“Para pemain yang kebanyakan dalam kondisi fisik sudah baik karena sebelumnya mengarungi liga 3 zona Jateng bersama Persiku harus tetap terjaga agar tidak kesulitan meningkatkan kondisi fisik lagi besok dalam ajang PORPROV. Ini memang sudah kita rencanakan” terang Yayat.

Meskipun dalam latihan perdana kemarin setelah libur panjang ada beberapa  pemain yang belum bisa bergabung dengan berbagai alasan seperti  masih kuliah dan lain sebagainya, akan tetapi latihan berjalan dengan lancar dan mendapat tanggapan positif dari para pemain sendiri. Rencananya latihan akan digelar setiap seminggu tiga kali yaitu Selasa, Kamis dan Sabtu. (asr)




Olahraga Bulutangkis Kembali Hidup di Dusun Srandu Welahan Jepara


Jepara – Rasa  haus warga Dusun Srandu akan berolahraga benar-benar terobati dengan dibangunnya sebuah lapangan bulutangkis baru dengan fasilitas yang memadai untuk digunakan di malam hari. Dengan swadaya masyarakat desa akhirnya pembangunan lapangan bulutangkis  akhirnya teralisasi dan selesai pembuatannya (20/5). 

Lapangan dengan ukuran standar nasional ini terletak di halaman samping rumah Norsidi RT 18 RW 03, dengan diresmikan langsung oleh Haryanto Arbi legenda bulutangkis nasional disertai dengan selametan  dan pertandingan eksibisi yang diikuti langsung oleh Haryanto Arbi. “Lapangan sederhana yang berada di kampung seperti ini rasanya mengingatkan saya pada masa kecil saya” ujar sang legenda bulutangkis nasional.
 Dengan sumbangan dana dan semangat gotong royong dari warga sekitar pembuatan lapangan cepat selesai. “Alhamdulillah hal ini bisa membuat antusias warga untuk berolahraga dapat tersalurkan dan hal baiknya lagi ini semoga bisa membuat anak-anak lebih condong berolahraga daripada main hp” ujar Norsidi.

Pertandingan eksibisi dalam rangkaian acara peresmian lapangan, lapangan yang sederhana tanpa tribun penonton tersebut diserbu oleh warga mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia ikut meramaikan, seratus lebih warga mengelilingi lapangan bulutangkis tersebut. “sudah lama sekali tidak ada tontonan olahraga yang menarik  seperti ini di dusun kita, sehingga bisa dilihat sendiri antusias  warga termasuk saya sendiri sangat bersyukur dengan dibuatnya lapangan bulutangkis ini” ujar Sugito salah satu penonton.

Dengan dibangunnya lapangan bulutangkis ini membawa harapann bahwa nantinya akan bisa digunakan oleh siapa saja, dari kalangan manapun dan kapanpun tanpa dipungut biaya sepeserpun. “Harapannya jelas ya  untuk berolahraga bersama dan semoga siapapun yang memakai lapangan ini setidaknya ikut menjaga karena ini milik bersama”ujar Miftakhul Waket salah satu pemain dalam pertandingan eksebisi.(asr)


Terjalnya Perjalanan Hidup Penjaga Gawang Muda 

Kudus - Bapak dari anak muda yang bertubuh tegap dan tinggi ini pernah berkata “Hidup memang begini harus ada susahnya, kalau tidak ada susah dalam kehidupan berarti belum benar-benar hidup”, anak muda itu adalah Ahmad Ariya Fuat. Mempunyai semangat yang luar biasa di dalam sanubari dan pemikirannya. Lahir di Grobogan, 1 Februari 1998 itu sangat berbakti dengan setulus hati memang untuk kepada orangtuanya. Hidup yang terjal dilalui Fuat panggilan akrabnya itu dimulai tatkala menginjak usia enambelas tahun, ketika itu masih kurus kecil sedikit belum rapi tatanan pakaiannya ia harus memulai perjalanan panjangnya untuk menggapai mimipinya sebagai penjaga gawang timnas Indonesia kelak. Anak ke-tiga dari pasangan Sutarman dan Pudjiati ini harus berpisah dengan orangtuanya untuk menimba ilmu sepakbola di Diklat Kudus.

Hidup serba kekurangan dan serba prihatin ikhlas dilaluinya untuk bisa menggapai mimpinya. “Tak jarang ada rindu harus saya rasakan, tapi ini adalah pilihan saya dari awal. Saya bisa saja menyerah dari dulu, tapi membanggakan orangtua selalu menjadi tujuan utama”, sedikit cerita dari penjaga gawang dengan tinggi tubuh 182cm ini. Pria yang sangat gemar menyantap olahan ayam geprek dengan level pedas yang tinggi ini menceritakan bagaimana susahnya hidup jauh dari orangtua, meskipun dirasa memang sudah cukup lama dan terbiasa hidup jauh dari timang-timang orangtua, akan tetapi hasrat maupun rasa ingin membanggakan dan membahagiakan orangtua sering hadir dan menjadi beban tersendiri dalam menjalani aktivitas-aktivitas sebagai pemain sepakbola yang sudah menginjak tingkat professional.

Memang tak banyak budi yang bisa terbalaskan kepada orang tua. “Mimpi terbesar dalam hidup adalah mengantarkan kedua orangtua sampai ke tanah suci Mekkah”, sembari sedikit berkaca-kaca dan nada suara yang bergetar nampak ketulusan hati seorang anak ingin menunjukkan bakti kepada orangtuanya. Hidup dengan keadaan seperti ini sudah bisa ditelan mentah oleh Fuat, mulai dari mencuci baju, menyiapkan pengisi perut hingga mencari uang saku tambahan hampir setiap hari tak terlewatkan olehnya. Sikap pantang menyerah dan tidak mudah berpangku tangan terhadap orang lain nampaknya terbawa sampai ke atas rumput hijau. Tidak sedikit yang menganggapnya sebagai pribadi yang memiliki kedisiplinan tinggi.

Siapapun pastinya akan terpesona apabila menyaksikan aksi Fuat dalam menjaga gawang, namun tak lantas mudah dia melalui semua ini. Berangkat dari keluarga yang hanya bisa dibilang cukup dari ujung Grobogan membuat Fuat awalnya merasa minder dan tak yakin akan kemampuannya. Namun siapa sangka cantik dan cekatan dalam melompat memetik bola di udara seakan meyakinkan pelatih untuk mempercayainya sebagai penjaga pertahanan terakhir tim utama di Diklat Kudus pada awal tahun dia masuk disana. Mempunyai kaki jenjang bak kaki jerapah dan badan kekar membantunya dibawah mistar 3,70 meter dan selalu tampil apik hingga membawanya masuk di tim Persiku untuk pertama kalinya pada tahun 2014. Tak pelak hasil ini membawa kabar gembira kepada orangtua di rumah. Tak sampai disitu pencapaian bagus dari remaja dengan paras rupawan ini, prestasi gemilangnya berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sampai pada tahun 2016 dia harus mengakhiri romantismenya dengan Persiku untuk hijrah ke Persiba Bantul di Liga 2 pada tahun 2017. “Ini tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya bisa bermain di Liga 2 apalagi sampai bisa disaksikan keluarga di rumah melalui televisi”, ujar penjaga gawang yang mengidolakan Kurnia Meiga ini. Setiap mentari pagi mulai bersinar disitulah tampak dia memulai aktivitas latihannya, tak pernah menghiraukan pagi itu ada porsi latihan dari pelatih maupun tidak.

Latihan tambahan yang dilakukannya sendiri ini menjadi salah satu kunci kesuksesannya sampai saat ini. “Selain karena doa dan support dari orangtua dan teman-teman saya selalu melakukan latihan tambahan di pagi hari untuk memberi energi positif untuk memulai hari”, cerita singkat pecinta nomor punggung satu tersebut. Untuk menyambut tahun 2018 ada banyak target yang hendak digapainya, salah satu yang utama adalah memperoleh berdiri di puncak dan berkalungkan medali emas PORPROV 2018 bersama tim sepakbola Kabupaten Kudus. Bersama dengan pelatih kiper Agus Gunawan dia tak kenal letih untuk selalu mempertajam kemampuannya dalam menggenggam bola dengan tangan lebarnya. Letih dan sakit selalu menjadi teman setia dalam setiap latihan, tidak bisa dipungkiri apapun jika dilakukan tanpa latihan akan percuma sekalipun alam menganugerahinya sebuah bakat. “Sejauh ini mungkin hanya luka-luka kecil saat melakukan lompatan maupun benturan kecil saat pertandingan. Selain itu Alhamdulillah belum pernah cedera dan semoga selalu diberikan kesehatan dan keselamatan”, begitulah kisah Fuat dalam perjalanannya mengukir prestasi.

Selain untuk PORPROV, tampak memang rejeki tidak akan pergi kemana. Setelah kegagalan tim Persiku Kudus melanjutkan langkahnya dari fase grup Liga 3 Zona Jawa Tengah, tak perlu menunggu lama dia langsung mendapatkan paggilan dari tim PSCS Cilacap, bagaikan mendapat durian runtuh dia pun bergegas tanpa pikir panjang langsung merapat ke Cilacap. Harapan baru pun muncul dalam benak anak muda yang baru berusia 20 tahun ini. “Semoga di tim baru ini saya bisa memberi kontribusi yang besar untuk bisa membawa PSCS promosi ke Liga 2 tahun 2018 ini, sangat bangga pula bisa bermain di tim besar denga riwayat tim yang bagus bersama pemain berpengalaman seperti Jimmy Suparno salah satunya”, bercerita dengan penuh harapan anak muda yang selalu optimis dalam hidupnya tersebut. Meski berat hati awalnya untuk berpisah untuk sementara dengan rekan seperjuangannya di Kudus akan tetapi dia selalu menyadari bahwa inilah jalan perjuangan yang harus ditapaki dengan lapang dada.
 
Tentang cara yang dilaluinya untuk memperbarui semangat dan memotivasi diri. Fuat tak jarang menghubungi orangtuanya, meski hanya sebatas menanyakan kabar dan berbagi cerita sudah membuatnya melepas sedikit beban di pundaknya. Tutur semangat dan ucapan pengobar jiwa yang terlontar dari mulut Sutarman adalah bahan bakar dalam nadinya, membangkitkan kesadaran tentang tanggung jawab untuk membuat orangtua bangga. Hingga sampai detik dia menyampaikan sepenggal kisah hidupnya ini masih nampak ada rasa belum puas dalam batinnya. Tak banyak materi yang bisa dikirimkan setiap bulannya selalu mengganggu perasaan penjaga gawang yang merupakan fans Manchester United ini. “Meskipun orangtua tak pernah membebankan hal itu, tapi sebagai anak laki-laki yang sedang menuju dewasa pastinya hal itu sudah harus mulai saya lakukan”, menyampaikannya dengan nada suara gemetar dan rasa belum puas.

Sedikit mengutip perkataan emas dari Evan Dimas Darmono bahwa “Semua bisa dikalahkan kecuali Tuhan dan orangtua”, nampaknya hal itu melekat pada diri sang penjaga pertahanan terakhir. Kewajiban kepada Sang Pencipta tak lantas terlupakan olehnya. Dia menyadari penuh bahwa satu hembusan napas dan sehelai kain yang berada pada dirinya adalah karunia-Nya, oleh karena itu sebagai muslim taat kewajiban lima waktu sudah menjadi kebutuhannya. Tak berhenti sampai disitu, amalan Sunnah dan membaca Alquran menjadi pelengkap asupan ibadahnya. 

Cerminan baik dari seorang remaja yang memiliki masa depan cerah nan gemilang memiliki kerendahan hati yang tinggi dan selalu optimis menjalani tapak demi tapak kehidupan, tak runtuh oleh hinaan dan tak melayang oleh pujian mampu tergambarkan dengan baik pada pribadinya. Sejauh apapun perahu berlayar, dermaga adalah tempat untuk kembali, mungkin itu yang dapat digambarkan pada sosok penjaga gawang muda yang tak pernah melupakan orangtua dalam keadaan apapun. Tanpa kasih dan banting tulang orangtua kita hanyalah daun yang gugur lalu kering, sedikit pesan yang mungkin berguna untuk selalu memompa semangat dan mengisi kembali motivasi agar tetap dalam jalan menuju mimpi dan mengukir prestasi. “Tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat ketika kamu merasa lelah tapi kamu bisa melihat senyum bangga dari wajah orangtuamu”, pungkas pemimpi kecil dari Grobogan dengan menyampaikan sebuah pesan.(asr)



Pengetahuan Baru Mahasiswa PJKR Unnes Tentang Menulis Berita


Mahasiswa PJKR Unnes nampaknya sedang berada pada kesibukan yang besar khususnya pada mahasiswa pada semester enam ini. hal tersebut tidak luput karena adanya mata kuliah yang memang harus diambil oleh mahasiswa yaitu sport journalism. Mata kuliah tentang bagaimana cara menyampaikan sebuah berita melalui tulisan tersebut terasa menjadi sebuah kesulitan karena kurangnya pengalaman mahasiswa dalam hal menulis atau membaca berita.

Pada era sekarang dimana berita tersaji malalui audio visual membuat mahasiswa menjadi malas untuk membaca sehingga membuat mahasiswa menjadi kesulitan mengarang atau menentukan kalimat dalam membuat berita. Apalagi dengan jenis-jenis berita yang berbagai macam bentuknya dengan ciri-ciri yang hampir sama membuat mahasiswa tambah kebingungan.

“Ini merupakan pengalaman baru dalam menuliskan sebuah berita, apalagi sebelumnya saya belum tau jenis-jenis berita, sehingga hal tersebut menjadi kendala utama”, ujar Ahmad Miftahuz Zamani yang merupakan salah satu mahasiswa PJKR semester enam tahun ini. Memang banyak kendala yang dijumapai oleh mahasiswa  salah satunya adalah kurang pengalaman dalam menulis berita dan juga kurangnya pertemuan dalam mata  kuliah sport journalism. Apalagi contoh di google sering kali tidak bisa dibedakan, misalnya berita jenis straight news dan reportase.

Dengan hadirnya mata kuliah ini membuat siswa lebih terampil dalam menulis berita, mahasiswa juga terpaksa harus mulai suka membaca berita. Journalism memang erat kaitannya dengan olahraga karena masyarakat haus sekali dengan berita-berita olahraga di sekitar mereka yang tidak diberitakan di media televisi atau radio.

“Kesulitan dalam menulis yang dijumpai biasanya adalah ide atau berita apa yang pantas untuk dikabarkan kepada  orang banyak” , sedikit keluhan dari Wahyu Abaskoro selaku pengambil  mata kuliah sport journalism.

Semoga hal ini menjadi perhatian bagi pihak dosen agar pentingnya sport journalism bagi mahasiswa dapat dimaksimalkan, dengan misalnya memberikan perhatian lebih dan memberi contoh yang jelas untuk mahasiswa dalam bagaimana cara menulis berita. Karena dalam kenyataannya pada saat mahasiswa harus meng-explore tentang bagaimana cara menulis berita hasilnya tidak maksimal.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar