Responsive Ads Here

Rabu, 23 Mei 2018

Bintang Tarkam dari Grobogan

Gambar : Hestu Wiratmojo (ketiga dari kanan) bersama tim PS UNNES

Hestu Wiratmojo, pria kelahiran Grobogan ini mengawali karirnya sejak duduk di bangku kelas 5 SD, ketertarikannya pada olahraga sepak bola dimulai ketika dia melihat idolanya David Beckham di layar televisinya, melihat idolanya yang terkenal dengan tendangan pisangnya bermain dengan apik, hatinya pun mulai tergugah untuk mendalami dunia sepak bola.
Perlahan tapi pasti, berawal dari POPDA SD dia mulai unjuk keberanian untuk meyakinkan dirinya bahwa dia mampu untuk terjun di dunia sepakbola. Tak sampai disitu, ditengah kemauannya yang besar ternyata restu orangtua tak ia dapatkan, dengan alasan yang cukup terdengar remeh, karena pemain bola tidak cukup menghasilkan kesuksesan dan takut jika nantinya akan mengganggu pendidikannya, sehingga dia harus diam-diam menjalani hobi yang sangat dia cintai itu.
“Sebenarnya sih tidak apa-apa mas Hestu main sepak bola, toh saya tadinya juga pemain sepak bola pada jamannya, tapi saya cuma takut kalau nantinya pendidikannya tergangu, karena menurut saya pendidikan dasar itu sangat penting, saya tidak mau kalau besar nanti Hestu cuma jadi orang biasa seperti saya, makanya waktu itu Hestu tidak saya ijinkan untuk jadi pemain bola”, ujar pak Supriyanto.
Ambisi besarnya membuatnya nekat dan memberanikan diri untuk mendaftarkan dirinya di Sekolah Sepak Bola secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan orangtuanya setiap hari minggu dia mengikuti sekolah sepak bola bersama rekan-rekan terdekatnya, jika dia ditanya oleh ayahnya dia hanya pamit untuk pergi bermain bola dengan teman-temannya, kecintaannya terhadap sepak bola ini membuat dirinya menjadi pribadi yang nekat, tangguh dan tak terkalahkan.
            Usaha yang selama ini dia lakukan ternyata membawa hasil bagi dirinya, dia bersama timnya berhasil menyabet gelar  juara 1 POPDA SD sekabupaten Grobogan, dia mewakili sekolahnya yaitu SD Kejawan. Prestasinya inilah yang mampu menunjukkan kepada orangtuanya bahwa ia mampu untuk berprestasi dan sukses di bidang olahraga terutama sepak bola yang sangat dia cintai.
Tidak hanya di sepak bola saja ia mendapatkan gelar juara, namun di bidang akademik dia juga mendapatkan peringkat  di kelas, dengan ini dia mampu meyakinkan orangtuanya bahwa dia mampu menjalankan hobinya tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang pelajar.
            Setiap sore Hestu berlatih bersama rekan-rekannya di lapangan, untuk meningkatkan kualitas skillnya, dan tetap seperti itu setiap harinya, hingga tiada hari tanpa sepak bola. Sampailah dia memasuki bangku SMP. Di tahun pertama seragam putih biru dia ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mewakili sekolahnya di kejuaraan Sepak Bola Mini sekabupaten dan berhasil mendapat gelar juara di ajang berbakat ini, prestasi yang membanggakan ini tak membuat dirinya melayang dan lupa tanggung jawanya sebagai seorang atlet. Setiap sore hingga menjelang maghrib dia berlatih dengan kawan-kawannya di lapangan dekat rumahnya, tak lupa juga setiap hari rabu dan sabtu sore dia berlatih bersama tim sekolahnya SMP N 1 Gubug dengan pengawasan pelatihnya.
            Semenjak fokus di dunia sepak bola, anak sulung dari pasangan Bapak Supriyanto dan Ibu Kasiem  pendidikan formalnya mulai terganggu, terlalu banyak ijin untuk latihan dan kejuaraan. Prestasi di akademiknya juga mulai menurun drastis saat itu juga.
Menurut Hestu itu bukan masalah besar baginya, karena suatu saat semuanya akan normal kembali, “Bagi saya pada waktu itu sepak bola itu segalanya, karena dulu ambisi saya ingin menjadi pemain yang besar dan sukses nantinya, toh kalau akademik bisa saja dikejar lagi, mungkin waktu kelas 9 kan biasanya tidak diperbolehkan untuk ikut kejuaraan, hanya fokus dengan ujian saja, nah mungkin saat itu semuanya akan kembali normal”, tandas bintang tarkam dari Grobogan tesebut.
Kesuksesan Hestu mulai tampak, dirinya mulai dibanjiri pujian dari guru dan teman-temannya, bahkan beberapa dari gurunya memberikan kemudahan nilai untuk dirinya, meskipun dia sering meninggkan pelajaran dia tetap memperoleh peringkat 10 besar di kelasnya, begitulah kelebihan siswa yang sukses membawa nama sekolahnya di kejuaraan-kejuaraan bergengsi seperti sepak bola.
Setelah berhasil menjadi juara di kejuaraan Sepak Bola Mini di Kabupaten Grobogan, sekolahnya terpilih sebagai perwakilan untuk maju di tingkat provinsi, akan tetapi upaya untuk menembus juara gagal setelah berhadapan dengan tim Kota Semarang, tim Hestu dan rekan-rekannya hanya dapet menembus peringkat 3 saja. Namun hal ini tidak menyudutkan Hestu bersama rekan-rekannya untuk lebih berpresstasi lagi di kejuaraan-kejuaraan mendatang.
Karena prestasinya yang cukup baik, hestu terpilih untuk menjadi tim yang mewakili sekolahnya di Liga Pelajar Indonesia, bersama timnya dia berhasil menyabet gelar peringkat 3, terdengar cukup memuaskan, karena tak semua orang  bisa  meraihnya seperti bintang tarkam ini.
Melihat putra sulungnya terus berprestasi pak Supriyanto terlihat bangga dan tak khawatir dengan nasib anaknya di masa depan kelak, karena menurut beliau masa depannya sudah mulai terlihat, begitu pula dengan Hestu, dia tak cukup puas dengan prestasi-prestasi yang sudah ia raih, menurutnya dia harus terus berusaha lebih keras lagi untuk mempertahankan prestasinya.
Dan lagi, Hestu kembali terpilih untuk menjadi tim yang mewakili sekolahnya di kejuaraan POPDA kabupaten bersama rekan-rekannya, gelar juara pun berhasil ia kantongi lagi, sampai saatnya dia untuk berhenti dan fokus pada pendidikan formalnya dan UN yang akan ia hadapi.
Setelah kelulusannya ia melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Gubug. Sayangnya selama di bangku putih abu-abu prestasi Hestu mulai menurun. Tak seperti yang disebutkan ketika ia masih di bangku putih biru yang namanya begitu harum dan menuai banyak pujian. Di SMA Hestu hanya mengantongi 2 gelar kemenangan, yaitu juara 1 Kejuaraan Antar Tim Sekabupaten dan juara 3 Kejuaraan antar Tim Seprovinsi, ini tak sesuai dengan harapan yang selama ini dia tanam.
“Waktu itu saya tak punya banyak waktu untuk latihan, orangtua sendiri menyuruh saya untuk lebih fokus ke akademik, saya rasa orangtua cukup benar, ya akhirnya prestasi saya tak segemilang ketika saya masih di bangku SMP, tapi ya tidak apa lah”, ujar Hestu.
Kehidupan terus berlanjut, Hestu memilih untuk beristirahat dari hiruk pikuk dunia pendidikan, ia memilih untuk bekerja mengais nafkah karena pada saat itu ekonomi keluarga tidak cukup membantunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Setelah sempat mangkir dari dunia pendidikan, ketika kesempatan itu datang, hestu tidak segan untuk memberanikan diri mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri, UNNES (Universitas Negeri Semarang) yang menjadi pilihan pertamanya, karena dia sangat ingin untuk melanjutkan karirnya di dunia persepakbolaan, dan ingin melanjutkan mimpinya menjadi pemain besar. Dan keberuntungan kembali berpihak padanya, dia berhasil lolos tes masuk Perguruan Tinggi Negeri, UNNES (Universitas Negeri Semarang) tepatnya, dan saat ini Hestu terpilih menjadi tim kebanggaan UNNES (Universitas Negeri Semarang) yaitu PS UNNES (Persatuan Sepakbola Universitas Negeri Semarang).
Masih dengan semangat yang tak mudah padam, setiap sore dia berlatih di lapangan bersama tim PS UNNES lainnya. Meskipun karirnya sempat surut kini ia menjadi bintang lagi di kancah perguruan tinggi, dia terpilih menjadi pemain LIMA (Liga Mahasiswa) dan berhasil mengantongi gelar peringkat 3 Nasional dan tentunya masih banyak pertandingan-pertandingan lain yang ia lewati.
Sepak terjangnya dalam dunia sepak bola yang pasang surut tidak membuat namanya tenggelam oleh waktu, di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswa, ia mulai tertarik untuk memulai solo karir sebagai pemain TARKAM yang selalu siap untuk dimainkan kapanpun oleh tim manapun, menurut Hestu sangat tidak memungkinkan kalau skillnya akan menghasilkan jika hanya mengandalkan PS UNNES saja, “Bukan tidak setia, tapi sebagai mahasiswa tentunya sudah harus memikirkan planning untuk masa depan, sudah bukan waktunya lagi untuk memikirkan prestasi seperti dulu ketika masih SMP atau SMA, sekarang itu yang terpenting bagaimana cara bertahan hidup tanpa menyusahkan orang tua terus menerus, jadi mahasiswa harus pintar memburu dolar”, ujar hestu.
Selama menjadi mahasiswa dia sempat terkait kontrak dengan  beberapa tim, salah satunya tim terkenal yaitu BJL 2000 Semarang selama liga 3, namun karena BJL 3000 tidak lolos fase grup akhirnya pria kelahiran Grobogan ini meneruskan solo karirnya sebagai pemain tarkam.
Sebagai bintang tarkam Hestu ternyata lebih senang karena banyak mengantongi banyak gelar juara dan menghasilkan banyak dolar dibandingkan saat ia mengikuti pertandingan resmi, menurutnya tak perlu tenar untuk menghasilkan banyak uang, cukup menjadi pemain dibalik layar, sedikit tapi pasti.
Kesetiaan pada hal kecil akan membuahkan sesuatu yang besar dan hebat, sepeti karir yang digeluti dari bawah, memang tak terlalu mencolok, dengan kesabaran, ketekunan dan kerja keras akan membuatnya menghasilkan prestasi yang hebat dan membanggakan. Seperti itulah kesuksesan, bila tak dijalani dengan sepenuh hati dan kemauan yang besar ia tak akan tumbuh lebih baik. Dan hingga sekarang hestu tetap menekuni solo karirnya sebagai pemain tarkam yang siap dimainkan kapanpun dan oleh tim manapun, tidak terlalu terlihat memang, tetapi suatu saat dia akan menemukan prestasi tertingginya sebagai pesepakbola profesional seperti idolanya yang terkenal dengan tendangan pisangnya yaitu David Beckham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar